Sabtu, 19 Desember 2015

Pemimpin dan kecerdasan spiritual



Pemimpin dan Kecerdasan Spirtual
arvianita558@gmail.com

Latar belakang

            Pada dasarnya manusia di ciptakan dengan memiliki kecerdasan. Karena dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia dituntut untuk berfikir, bertindak dan berusaha. Tentu semua itu memerlukan sebuah pemikiran yang matang.
            Seorang pemimpin haruslah seorang yang memiliki kecerdasan, ini seperti apa yang menjadi syarat seorang pemimpin dalam Islam. Bukankah Islam menyuruh agar seorang pemimpin hendaknya adalah seorang yang cerdas. Lalu apa jadinya kalau kita dipimpin oleh seorang yang tidak pandai? Pastinya kita akan merasa bahwa semua yang kita jalani akanlah sia-sia.
            Kecerdasan seorang pemimpin tidak dilihat dari sisi ia cerdas dalam teori, namun kelihaian dalam mengatasi sebuah problema hidup itu sangatlah diperlukan. Disamping itu, 
kecerdasan spiritual juga sangat dibutuhkan guna mengontrol emosi seorang pemimpin.

Pembahasan

            Seorang pemimpin memerlukan kecerdasan spiritual (SQ) yang dapat mengefektifkan IQ dan EQ. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seorang pemimpin. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang mempunyai makna dibandingkan dengan orang lain.
            Namun dalam kenyataannya, yang terjadi adalah kecerdasan klasik yang masih permanen digunakan sampai hari ini adalah pemisahan antara SQ, IQ dan EQ padahal sebenarnya ketiga hal tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
   Kecerdasan spiritual menuntun manusia memiliki kehidupan yang hakiki. Maka dari itu, ada tiga kunci yang diperlukan dalam meraih kebahagiaan hidup yang hakiki yaitu:
1.      Cinta,
2.      Do’a
3.      Kebajikan.[1]
Ciri-ciri pemimpin yang cerdas spiritual
            Menurut Marsha Sinetar, seperti yang dikutip oleh monty P. Satiadarma dan Fidelis E.Waruwu pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual memiliki kesadaran diri yang mendalam,intuisi dan kekuatan tinggi dan kecenderungan merasakan “pengalaman puncak” serta bakat-bakat “estetis”.
            Artinya, seorang pemimpin dalam organisasi harus terasah kemampuan dirinya. Sebab, kepemimpinan merupakan suatu faktor yang menentukan kesuksesan suatu organisasi dalam tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam konteks pendidikan, Nurkolis beranggapan bahwa setidaknya ada 4 alasan mengapa diperlukan  figure pemimpin.
1)      Banyak orang memerlukan figure pemimpin.
2)      Dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya.
3)      Sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya.
4)      Sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan.
Kepala sekolah yang cerdas secara spiritual akan terlihat dalam beberapa cirri-ciri yang dimiliki oleh kepala sekolah tersebut, diantaranya adalah
a)      Memiliki tujuan hidup yang jelas
Orang yang memiliki tujuan hidup yang jelas akan memperoleh manfaat yang banyak dari apa yang telah dicita-citakannya.
b)      Memiliki prinsip hidup
Orang yang cerdas secara spiritual adalah orang yang menyadarkan prinsipnya hanya kepada Allah semata dan ia tidak ragu tarhadap apa yang telah diyakininya berdasarkan ketentuan illahi.
c)      Selalu merasa kehadiran Allah
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan merasa kecerdasan allah, bahwa setiap aktivitas yang mereka lakukan tidak satupun yang luput dari pantauan Allah.
d)     Cenderung pada kebaikan
Akan selalu termotivasi untuk menegakkan nilai-nilai moral yang baik sesuai dengan keyakinan agamanya dan akan menjauhi segala kemungkaran sifat yang merusak kepribadiannya sebagai manusia yang beragama.
e)      Berjiwa besar
Mudah mengakui bahwa dirinya salah dan sangat mudah meminta maaf dan memaafkan kesalahan.
f)       Memiliki empati
Manusia yang memiliki kegemilangan spiritual adalah orang yang peka dan memiliki perasaan halus, suka meringankan beban orang lain, mudah tersentuh dan berempati pada keadaan kesusahan orang.[2]


[1] Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan pendidikan & kecerdasan spiritual, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media), hlm.178.
[2] Ibid.190

Tidak ada komentar:

Posting Komentar