Sabtu, 19 Desember 2015

tujuan pendidikan



TUJUAN  PENDIDIKAN
Arvianita
 
Pendapat  tentang  Tujuan  pendidikan
Tujuan  pendidikan  ditentukan  oleh  zaman  dan  kebudayaan  di  tempat  kita  hidup  dan  pandangan  hidup  manusia.  Karena  pandangan  hidup  manusia  berlainan,  berbeda-beda  pula  apa  yang  hendak  dicapai  dengan  pendidikan  itu.  Jadi,  titik  berat  yang  hendak  dituju  berbda-beda  pula,  seperti:
a.       Ada  ahli  didik  yang  menitikberatkan  kepada  ketuhanan  atau  agama.  Ini  bertujuan  agar  anak  selalu  taat  kepada  Tuhannya,  selalu  hidup  menuruti  dan  sesuai  dengan  apa  yang  diperintahkan  oleh  agamanya. Pada  abad  ke-18  dan  ke-19  bisa  disebut  abad  rasio,  yang  pada  waktu  itu  teknik  dan  ilmu  pengetahuan  alam  sedang  maju  pesat,  dan kebanyakan  lebih  mengutamakn  hal-hal  yang  berhubungan  dengan  kehidupan  duniawi  dan  materi  daripada  hal-hal  yang  berhubungan  dengan  kerohanian  sepertikeindahan,  kesusilaan,  dan  agama.
b.      Ditinjau  dari  sudut  anak  atau  manusia
c.       Didalam  hal  ini  timbul  apa  yang  disebut  pendidikan  individual  (individueele  opvoeding)  dan  pendidikan  kemasyarakatan  (sociale  opvoeding
            J.J.Roussea  lebih  mementingkan  pendidikan  individual daripada  pendidikan  kemasyarakatan.  Berpendapat  bahwa  “manusia  itu  ketika  dilahirkan  adalah  baik,  suci,, dan kebanyakan  anak  itu  jadi  rusak  karena  manusia  itu   sendiri  atau masyarakat.”
John  Dewey  berpendapat  bahwa  pendidikan  kemasyarakatanlah  yang  lebih  penting  daripada  pendidikan  individual. Tujuan  pendidikan  menurut  Dewey  ialah  membentuk  manusia  untuk  menjadi  warga  negara  yang  baik.  Untuk  itu  di  sekolah-sekolah  diajarkan  segala  sesuatu  kepada  anak  yang  perlu  bagi  kehidupannya  dalam  masyarakat,  sebagai  anggota  masyarakat  dan  sebagai  warga  negara.  Anak harus di  didik  untuk  menjadi orang  yang  dapat  menurut  pimpinan  dan  dapat  memberikan  pimpinan  atau  menjadi  seorang yang  ahli  dalam  suatu  teknik,  perindustrian  dan  lain-lain.  Pendeknya,  pendidikan  hendaklah  mempersiapkan  anak  untuk  hidup  didalam masyarakat.  Teranglah  bahwa  ia  lebih  mengutamakan  masyarakat  dari  pada  anak  itu   sendiri  sebagai individu.

Pemimpin dan kecerdasan spiritual



Pemimpin dan Kecerdasan Spirtual
arvianita558@gmail.com

Latar belakang

            Pada dasarnya manusia di ciptakan dengan memiliki kecerdasan. Karena dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia dituntut untuk berfikir, bertindak dan berusaha. Tentu semua itu memerlukan sebuah pemikiran yang matang.
            Seorang pemimpin haruslah seorang yang memiliki kecerdasan, ini seperti apa yang menjadi syarat seorang pemimpin dalam Islam. Bukankah Islam menyuruh agar seorang pemimpin hendaknya adalah seorang yang cerdas. Lalu apa jadinya kalau kita dipimpin oleh seorang yang tidak pandai? Pastinya kita akan merasa bahwa semua yang kita jalani akanlah sia-sia.
            Kecerdasan seorang pemimpin tidak dilihat dari sisi ia cerdas dalam teori, namun kelihaian dalam mengatasi sebuah problema hidup itu sangatlah diperlukan. Disamping itu, 
kecerdasan spiritual juga sangat dibutuhkan guna mengontrol emosi seorang pemimpin.

Pembahasan

            Seorang pemimpin memerlukan kecerdasan spiritual (SQ) yang dapat mengefektifkan IQ dan EQ. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seorang pemimpin. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang mempunyai makna dibandingkan dengan orang lain.
            Namun dalam kenyataannya, yang terjadi adalah kecerdasan klasik yang masih permanen digunakan sampai hari ini adalah pemisahan antara SQ, IQ dan EQ padahal sebenarnya ketiga hal tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
   Kecerdasan spiritual menuntun manusia memiliki kehidupan yang hakiki. Maka dari itu, ada tiga kunci yang diperlukan dalam meraih kebahagiaan hidup yang hakiki yaitu:
1.      Cinta,
2.      Do’a
3.      Kebajikan.[1]
Ciri-ciri pemimpin yang cerdas spiritual
            Menurut Marsha Sinetar, seperti yang dikutip oleh monty P. Satiadarma dan Fidelis E.Waruwu pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual memiliki kesadaran diri yang mendalam,intuisi dan kekuatan tinggi dan kecenderungan merasakan “pengalaman puncak” serta bakat-bakat “estetis”.
            Artinya, seorang pemimpin dalam organisasi harus terasah kemampuan dirinya. Sebab, kepemimpinan merupakan suatu faktor yang menentukan kesuksesan suatu organisasi dalam tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam konteks pendidikan, Nurkolis beranggapan bahwa setidaknya ada 4 alasan mengapa diperlukan  figure pemimpin.
1)      Banyak orang memerlukan figure pemimpin.
2)      Dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya.
3)      Sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya.
4)      Sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan.
Kepala sekolah yang cerdas secara spiritual akan terlihat dalam beberapa cirri-ciri yang dimiliki oleh kepala sekolah tersebut, diantaranya adalah
a)      Memiliki tujuan hidup yang jelas
Orang yang memiliki tujuan hidup yang jelas akan memperoleh manfaat yang banyak dari apa yang telah dicita-citakannya.
b)      Memiliki prinsip hidup
Orang yang cerdas secara spiritual adalah orang yang menyadarkan prinsipnya hanya kepada Allah semata dan ia tidak ragu tarhadap apa yang telah diyakininya berdasarkan ketentuan illahi.
c)      Selalu merasa kehadiran Allah
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan merasa kecerdasan allah, bahwa setiap aktivitas yang mereka lakukan tidak satupun yang luput dari pantauan Allah.
d)     Cenderung pada kebaikan
Akan selalu termotivasi untuk menegakkan nilai-nilai moral yang baik sesuai dengan keyakinan agamanya dan akan menjauhi segala kemungkaran sifat yang merusak kepribadiannya sebagai manusia yang beragama.
e)      Berjiwa besar
Mudah mengakui bahwa dirinya salah dan sangat mudah meminta maaf dan memaafkan kesalahan.
f)       Memiliki empati
Manusia yang memiliki kegemilangan spiritual adalah orang yang peka dan memiliki perasaan halus, suka meringankan beban orang lain, mudah tersentuh dan berempati pada keadaan kesusahan orang.[2]


[1] Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan pendidikan & kecerdasan spiritual, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media), hlm.178.
[2] Ibid.190