Pengertian I’jazul Qur’an
I’jaz jika dilihat dari segi
bahasa berasal dari kata
(عَجِزَ- يَعْجِزُ)
yang artinya
menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan
mengerjakan sesuatu, lawan dari (قدرة) (potensi, power, kemampuan). Apabila kemukjizatan muncul,
maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan).
Jadi, yang dimaksud I’jaz dalam pembahasan
ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam
pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan
menampakkan kelemahan orang Arab
untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi,
yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka dan mukjizat
adalah sesuatu hal luar biasa
yang disertai tantangan dan selamat
dari perlawanan.
Sudah banyak
keyakinan bagi umat manusia bahwa setiap nabi yang di utus oleh Allah untuk
menyampaikan syariat yang dibawanya adalah dibekali dengan suatu mu’jizat yang
sangat mendukung kebenarannya. Demikian pula dengan nabi Muhammad saw yang
membawa syariat agama islam untuk sepanjang zaman, seperti memancarnya air dari
celah jari jemarinya, peristiwa isra’mi’raj yang sangat menggemparkan penduuk
kota Mekah, yang dalam peristiwa ini mendapatkan tugas langsung dari Allah
untuk mengerjakan shalat lima waktu.
Tetapi, dari ke
sekian banyaknya mu’jizat dari nabi Muhammad saw maka Al-Qurán lah sebagai mu’jizat yang terbesar,
yang memiliki sifat rasional, yang berlaku untuk seluruh umat manusia, dan
ditetapkan sebagai pedoman manusia sepanjang hidupnya, dimana dan kapan saja
adanya. Al-Qurán sebagai suatu mukjizat tidak hanya menjadi bahan bacaan
meskipun membacanya akan mendpat pahala, melainkan juga untuk dipahami,
dihayati, dipedomani, diamalkan, dan diselidiki rahasia kebenarannya.
Al-Qurán sebagai mukjizat yang terbesar diturunkan dengan menggunakan
susunan bahasa yang sangat tinggi nilai kesusastraannya. Bahasa yang dapat
mengungguli segala bentuk susunan bahasa kesusastraan apapun. Al-Qurán bukan
merupakan kumpulan prosa, puisi, sajak maupun lainnya. Susunan bahasa Al-Qurán
digubah menurut keindahan bahasa ilahiah, yang mengagumkan setiap orang yang
membaca dan mendengarkannya, bahasa yang secara terpadu harmonis dengan isi
maknanya.
Allah sengaja mewahyukan Al-Qurán yang menjadi bekal mukjizat nabi
Muhammad dengan mempergunakan bahasa arab, bahasa dari penduduk dunia yang
paling tinggi pada masa itu, agar mereka membaca, memahami, dan melaksanakan
petunjuk-petunjuk-Nya serta rela meninggalkan semua larangan yang di
tetapkan-Nya, karena bangsa Arab pada masa itu telah terbiasa mendengarkan dan
menghayati susunan bahasa sastra yang tinggi dari karya gubahan para penyair
atau susunan para orator yang masyhur. Disamping itu juga mereka dapat
mengetahui dan menjadi peringatan agar dipikirkan bahwa Al-Qurán disusun dengan
menggunakan bahasa sastra yang mengungguli susunan bahasa yang biasa
dipergunakan oleh para penyair dan orator yang telah termasyhur dari kalangan
mereka.
Ketinggian dan keunggulan susunan bahasa Al-Qurán yang menjadi mukjizat
kerosulan Nabi Muhammad saw sejak turun pertama kali tidak ada seorangpun yang
sanggup meniru gubahannya, apalagi hendak menandinginya. Oleh karena itu
Al-Qurán harus dipamerkan kepada orang-orang yang tidak mau percaya kepada
Allah dan kerasulan Nabi Muhammad saw.
Dari sekian jumlah penyair yang dianggap bermutu dan orator yang
berbobot, mereka banyak yang mengingkari pada kerasulan Nabi Muhammad saw,
bahkan mereka ada yang menuduh gila, tukang sihir, tukang tenung dan
sebagainya. Sehingga tidak ada alasan yang kuat bagi Nabi Muhammad saw untuk
mengembalikan tuduhan-tuduhan mereka itu, kecuali dengan mengajukan tantangan
yang tepat kepada mereka, agar mereka bersedia untuk mengemukakan suatu karya
sastra yang bisa menyamai susunan bahasa Al-Qurán, sekalipun itu surat yang
terpendek. Tantangan tersebut dikemukakan bagi siapa saja yang masih meragukan
keindahan gubahan bahasa ilahiah dan masih meragukan kebenaran mukjizat
Al-Qurán yang menjadi bukti kemukjizatan dari kerasulan Nabi Muhammad saw.
Rasulullah menantang orang-orang Arab untuk
menandingi Al Qur’an dalam
tiga hal:
1. Menantang dengan seluruh al
Qur’an dalam semua uslub umum
yang meliputi Arab sendiri
dan orang lain, manusia dengan jin,
dengan tantangan yang mengalahkan kemampuan mereka secara padu
melalui firman-Nya:
“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia
dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an
ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat
yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian
yang lain.” QS Al Isra’ 17:88
2. Menantang mereka dengan
10 surah saja
dari Al Qur’an
dalam firman-Nya QS Al Hud 11:13-14
3. Menantang mereka dengan
1 surah saja
dari Al Qur’an
dalam firman-Nya QS Yunus 10:38, tantangan ini diulanglagi
dalam QS Al Baqarah 2:23
Dengan tantangan ini berarti kapasitas kemukjizatan Al-Qur’an itu hanya satu surah saja, artinya kadar yang menjadi mukjizat dari Al-Qur’an adalah walaupun hanya satu surah sudah mu’jiz, sudah tidak ada yang sanggup melawan dengan membuat tandingan dari dulu sampai sekarang. Karena tantangan minim inipun tidak ada yang
mampu melawan, maka surat Al-Baqarah ayat 24
itu
menegaskan: “tidak ada seorang
pun yang sanggup
melawan Al-Qur’an, karena itu bagi
orang yang inkar
diharuskan waspada terhadap ancaman neraka.”
Pandangan para tokoh tentang kemukjizatan Al Qur’an
·
Abu Ishaq Ibrahim an Nizam
Kemukjizatan Al
Qur’an adalah dengan
cara sirfah (pemalingan).
Pendapat tentang sirfah ini
batil dan ditolak oleh Al
Qur’an (QS Al Isra’ 17:88).
·
Golongan umat
Qur’an itu mukjizat dengan balaghahnya yang mencapai tingkat tinggi dan
tidak ada bandingannya.
·
Segi kemukjizatan itu karena
ia mengandung badi’ yang
unik dan berbeda dengan pandangan orang Arab,
seperti fashilah dan maqta’.
·
Kemukjizatan Al Qur’an terletak
pada pemberitaannya tentang hal ghaib
yang akan
datang yang tak dapat
diketahui kecuali dengan wahyu.
Ex: tentang penduduk Badar “Golongan itu pasti akan dikalahkan
dan mereka akan mundur ke
belakang”. (al Qamar
54:45)
Pendapat golongan ini tidak dapat diterima dikarenakan ia menuntut
ayat-ayat yang tidak mengandung
berita tentang hal gaib yang
akan
datang dan yang lalu, tidak mengandung
mukjizat. Dan ini adalah
batil,
sebab Allah menjadikan
setiap surat sebagai mukjizat tersendiri.
·
Qur’an itu mukjizat karena ia
mengandung bermacam-macam ilmu dan
hikmah yang sangat dalam.