HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU ANAK
arvianita558@gmail.com
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal
yang diakui keberadaannya dalam dunia pendidikan. Peranannya tidak kalah
penting dari lembaga formal dan non formal. Orang tua merupakan guru pertama
yang dikenal oleh anak. Kepribadian, cara bicara, cara berpakaian, dan gaya
hidup selalu menjadi panutan anaka-anaknya. Maka, orang tua merupakan model
yang selalu menjadi idola oleh anak-anaknya. Pola Asuh (Parenting Style)
adalah cara orang tua mendidik anak-anaknya yang dapat mempengaruhi kepribadian
anaknya secara signifikan.[1]
Macam-macam pola asuh orang tua yang kita kenal di masyarakat ada tiga, yaitu
pola asuh Otoriter, pola asuh Demokratis, dan pola asuh Permisif.
Pola
asuh orang tua tentu sangat berpengaruh terhadap perilaku anak, baik di sekolah,
di rumah, maupun di masyarakat. Dalam belajar di sekolah, sikap anak
berbeda-beda. Tentu saja semua dipengaruhi oleh sifat dan sikap bawaan anak
dari rumah yang ditanamkan oleh orang tua.
Perilaku dalam diri anak berhubungan dengan kedewasaan
yang berhubungan dengan perkembangan, perkembangan dalam kedewasaan disini
memiliki dua artian yaitu kedewasaan dalam berfikir dan kedewasaan pencapaian
umur. Anak yang berumur satu tahun lebih tua belum tentu memiliki pola pikir
yang lebih dewasa dibandingkan dengan anak yang usianya lebih muda, begitu juga
sebaliknya. Kedewasaan berhubungan dengan perkembangan, dan perkembangan itu
sendiri merupakan suatu perubahan kearah yang lebih maju dan lebih dewasa.
Masing-masing anak memiliki
loncatan dan kelambatan pada jenis usia perkembangan yang berbeda. Bagi anak
yang hidup di dalam lingkungan yang baik dan teratur maka perkembangannya akan
melalui proses umum, sehingga tiap-tiap usia perkembangan dapat masak pada
waktunya. Akan tetapi tidak semua peserta didik hidup dalam lingkungan yang
demikian. Kenyataanya kehidupan yang dialami oleh masing-masing anak sangat
kompleks, maka banyak terjadi ketidaksamaan dari usia-usia perkembangan
tersebut.
TUJUAN
PENELITIAN
1. Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan
anak
2. Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan
perilaku anak
KAJIAN
TEORI
Perkembangan
Perkembangan ialah
perubahan-perubahan psiko-fisik sebagi hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan
proses belajar dalam kurun waktu tertentu untuk menuju kedewasaan.[2]
Pola Asuh
Orang Tua
Menurut Ahmad Tafsir “Pola
asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama”.[3]
Pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan
interaksi orang tua dan anak, dimana orang tua yang memberikan dorongan bagi
anak dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap
paling tepat bagi orang tua agar anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembang
secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin
tahu, bersahabat dan berorientasi untuk sukses.[4]
Jadi pola asuh orang tua
adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua
dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi
anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh
orang tua, agar anak
dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.
Pola
asuh yang dikenal dalam masyarakat ada 3 yakni:
1.
Pola asuh otoriter, yaitu pola asuh
yang menegaskan akan kekuasaan orang tua di dalam mendidik anak-anaknya. Orang
tua menerapkan peraturan tegas dengan sanksi-sanksi, dan anak wajib patuh. Anak
sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk memperoleh haknya.[5]
Ciri-ciri dari pola asuh otoriter adalah sebagai
berikut:[6]
a. Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan
tidak boleh membantah.
b. Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak
dan kemudian menghukumnya.
c. Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan
kepada anak.
d. Jika terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan
anak, maka anak dianggap pembangkang.
e. Orang tua cenderung memaksakan disiplin.
f. Orang tua cenderung memaksakan segala sesuatu untuk
anak dan anak hanya sebagai pelaksana.
g. Tidak ada komunikasi antara orang tua dan anak.
2.
Pola asuh demokratis, yaitu pola asuh
yang menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam keluarga. Anak dihargai haknya oleh
orang tua, dan orang tua menerapkan peraturan-peraturan yang dipatuhi anak
selama tidak memberatkan anak.[7]
Ciri-ciri pola asuh demokratis adalah sebagai berikut: [8]
a. Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan
dan mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti
oleh anak.
b. Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang
perlu dipertahankan dan yang tidak baik agar di tinggalkan.
c. Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian.
d. Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga.
e. Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua
dan anak serta sesama keluarga.
3.
Pola asuh permisif, yaitu pola asuh
yang menerapkan kebebasan. Dalam pola asuh ini anak berhak menentukan apa yang
akan ia lakukan dan orang tua memberikan fasilitas sesuai kemauan anak. [9]
Ciri-ciri pola asuh demokratis adalah sebagai berikut: [10]
a. Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan
membimbingnya.
b. Mendidik anak acuh tak acuh, bersikap pasif dan masa
bodoh.
c. Mengutamakan kebutuhan material saja.
d. Membiarkan saja apa yang dilakukan anak (terlalu
memberikan kebebasan untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan
dan norma-norma yang digariskan orang tua).
e. Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam
keluarga.
METODE
PENELITAN
Tempat dan
Waktu Penelitian
- Tempat
Penelitian ini dilakukan di desa Basin, Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah
- Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada hari Kamis, 25 Mei 2017
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan
angket/kuesioner yaitu untuk mendapatkan data/fakta tentang variabel penelitian
sesuai yang diketahui responden.
Angket/kuesioner disebut juga instrumen penelitian.
Instrurnen penelitian, adalah berisi butir-butir pertanyaan yang mengungkap
gambaran tentang perumusan pertanyaan dalam angket kuisioner pengaruh pola asuh
orang tua dan angket kuisioner karakteristik anak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat
diperoleh data:
1. Banyaknya
responden adalah 12 orang.
2. Dari 12 orang responden didapatkan hasil:
a. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter adalah
sebanyak 64,58%
b. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis adalah
sebanyak 80,20%
c. Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif adalah
sebanyak 59, 63%
d. Karakteristik anak dalam kehidupan sehari-hari
menunjukkan presentase sebanyak 51.02%
Hubungan
pola asuh orang tua dengan perkembangan anak
Hasil menunjukkan bahwa
tidak semua orang tua menerapkan pola asuh yang sama terhadap anak mereka.
Dalam artian setiap responden memiliki pola asuh yang berbeda-beda yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak. Sehingga perkembangan anak yang satu dengan
yang lainnya berbeda-beda pula. Anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang
mendukung perkembangan dengan baik maka perkembangan anak menjadi bagus.
Sebaliknya jika anak tumbuh di lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan
dengan buruk maka perkembangan anak menjadi lemah atau tidak sebaik
perkembangan anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang bagus.
Latar keluarga, kondisi
emosi dan suasana rumah yang berbeda, dengan sendirinya akan mempengaruhi
tingkat perkembangan anak. Jadi pola asuh orang tua mempunyai peranan penting
dalam keberhasilan perkembangan anak.
Hubungan
pola asuh orang tua dengan perilaku anak
Setiap tipe pengasuhan pasti
memiliki resiko masing-masing. Tipe otoriter memang memudahkan orang tua,
karena tidak perlu bersusah payah untuk bertanggung jawab dengan anak. Anak
yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung tumbuh menjadi pribadi yang
kurang memiliki kepercayaan diri, kurang kreatif, kurang dapat bergaul dengan
lingkungan sosialnya, ketergantungan kepada orang lain, serta memiliki depresi
yang lebih tinggi. Orangtua dengan pola asuh demokratis cenderung menghasilkan
anak dengan harga diri tinggi, rasa ingin tahu yang besar, kreatif, percaya
diri, cerdas, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormari orangtua,
berprestasi baik, dan dapat berkomunikasi baik dengan lingkungan sekitar.
Sementara pola asuh permisif cenderung pada apa ynag dilakukan anak
diperbolehkan orang tua dan orang tua juga menuruti segala keinginan anak.
Sehingga pola asuh ini cenderung menjadikan anak lebih terlihat manja karena
apa yang diinginkan anak dapat terpenuhi.
KESIMPULAN
- Orang tua memiliki peranan penting terhadap perkembangan anak. Anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan dengan baik maka perkembangan anak menjadi bagus. Sebaliknya jika anak tumbuh di lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan dengan buruk maka perkembangan anak menjadi lemah atau tidak sebaik perkembangan anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang bagus.
- Pola asuh orang tua yang dikenal di masyarakat ada 3 yakni pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Ketiga pola asuh tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku siswa baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Pola asuh otoriter menjadikan perilaku anak cenderung tumbuh menjadi pribadi yang kurang memiliki kepercayaan diri, kurang kreatif, kurang dapat bergaul dengan lingkungan sosialnya, ketergantungan kepada orang lain, serta memiliki depresi yang lebih tinggi. Pola asuh demokratis cenderung menghasilkan anak dengan harga diri tinggi, rasa ingin tahu yang besar, kreatif, percaya diri, cerdas, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormari orangtua, berprestasi baik, dan dapat berkomunikasi baik dengan lingkungan sekitar. Sedangkan pola asuh permisif cenderung menjadikan anak lebih terlihat manja.
DAFTAR
PUSTAKA
Efendhi, Fahrizal. 2014. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Kemandirian Dalam Belajar Siswa, Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan Dan Konseling. IKIP Veteran Semarang.
Idris, Zahara dan Lisma Jamal. 1992. Pengantar
Pendidikan 2. Jakarta: PT Grasindo.
Irwanto, Danny I. Yatim. 1991. Kepribadian Keluarga
Narkotika. Jakarta: Arcan
Latipah,
Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia
Kartono, Kartini. 1985. Peran Keluarga Membentuk
Anak. Jakarta: Rajawali
Tridhonanto,
Al dan Beranda Agency. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
[1]
Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pedagogia,
2012), hlm. 237.
[2] Kartini Kartono, Peran Keluarga Membentuk Anak, (Jakarta: Rajawali,
1985), hlm. 20.
[3] Danny I. Yatim Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika, (Jakarta:
Arcan, 1991), hlm. 94.
[4] Al Tridhonanto
dan Beranda Agency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2014), hlm. 5.
[5] Fahrizal Efendhi, Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Dalam Belajar Siswa, Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan Dan
Konseling, IKIP Veteran
Semarang, 2014.
[6] Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2, (Jakarta: PT
Grasindo, 1992), hlm. 88.
[7] Fahrizal Efendhi, Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Dalam Belajar Siswa, Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan Dan
Konseling, IKIP Veteran
Semarang, 2014.
[8] Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2, (Jakarta: PT
Grasindo, 1992), hlm. 87.
[9] Fahrizal Efendhi, Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Dalam Belajar Siswa, Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan Dan
Konseling, IKIP Veteran Semarang,
2014.
[10] Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2, (Jakarta: PT
Grasindo, 1992), hlm. 89.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar